ARTI, TUJUAN DAN SASARAN
PERUBAHAN
1. Pengertian Perubahan
Pada hakikatnya, kehidupan manusia dan organisasi selalu bergerak
dan diliputi oleh perubahan secara berkelanjutan. Perubahan terjadi karena
lingkungan internal dan eksternal. Perubahan berarti bahwa kita harus mengubah
dalam cara mengerjakan atau berpikir tentang sesuatu. Perubahan tersebut dapat
terjadi pada struktur organisasi, proses mekanisme kerja, SDM, dan budaya.
Untuk lebih memahami makna perubahan, terdapat beberapa
karakteristik perubahan (Kasali, 2006), yaitu :
a.
Bersifat misterius karena tidak
mudah dipegang
b.
Memerlukan tokoh terkenal dalam
melakukan perubahan
c.
Tidak semua orang bisa diajak
melihat perubahan
d.
Perubahan terjadi setiap saat
secara kontinu
e.
Ada sisi lembut dan sisi keras
dalam perubahan
f.
Membutuhkan waktu, biaya, dan
kekuatan
g.
Dibutuhkan upaya khusus untuk
menyentuh nilai dasar/budaya korporat
h.
Banyak diwarnai mitos
i.
Perubahan menimbulkan ekspektasi yang dapat menimbulkan
getaran emosi dan harapan
j.
Perubahan selalu menakutkan
yang menimbulkan kepanikan
2.
Tujuan Perubahan
Tujuan perubahan disatu sisi untuk memperbaiki kemampuan organisasi
dalam menyesuaikan didi dengan perubahan lingkungan dan disisi lain,
mengupayakan perubahan perilaku karyawan untuk meningkatkan produktivitasnya.
Perubahan harus dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan berbagai hal
agar manfaat yang ditimbulkan oleh perubahan harus lebih besar daripada beban
kerugian yang harus ditanggung.
3.
Sasaran Perubahan
a.
Struktur organisasi
b.
Teknologi
c.
Pengaturan tata letak fisik
ruang kerja
d.
Sumber daya manusia
e.
Proses
f.
Budaya organisasi
A. PERKEMBANGAN PERUBAHAN
Perkembangan perubahan organisasional menurut Corner (1992)
diklasifikasikan dalam tiga kelompok berdasarkan tahapan proses
perkembangannya, yaitu sebagai berikut.
1.
Introduksi teknologi baru
Pada awalnya, perubahan ditunjukkan dengan adanya introduksi
teknlogi baru pada sekitar tahun 1980. Perkembangan teknologi dilakukan terus
menerus untuk meningkatkan efisiensi dan dalam banyak hal telah berhasil
mengembangkan perusahaan.
2.
Total quality management (TQM)
TQM dikembangkan antara lain oleh Edward Deming, yang merupakan
usaha dalam keseluruhan organisasi untuk memperbaiki kualitas produk, proses,
SDM, dan lingkungan secara kontinu melalui perubahan struktur, sistem, praktik,
dan sikap untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan meningkatkan daya saing
perusahaan. TQM merupakan keberhasilan perusahaan-perusahaan jepang, tetapi
pada perusahaan barat tidak menunjukkan keberlanjutan.
3.
Business Process Reengineering
(BPR)
BPR merupakan bagian dari TQM yang menjalankan perubahan secara
radikal, dramatis, dan fundamental. Tujuan BPR adalah untuk perbaikan kinerja
organisasi melalui efisiensi dan efektivitas proses bisnis yang mencakup biaya
, mutu, delivery, service, dan speed.
B. JENIS DAN TIPOLOGI
PERUBAHAN
1.
Jenis Perubahan
a.
Perubahan terencana dan tidak
terencana
Perubahan dapat terjadi pada kegiatan yang
bersifat rutin dan kontinu, terutama pada kegiatan yang sifatnya strategic dan
tidak berulang-ulang. Perubahan terencana adalah aktivitas perubahan yang
disengaja/direncanakan dan berorientasi pada tujuan. Sedangkan perubahan tidak
terencana merupakan pergeseran aktivitas organisasional, karena adanya kekuatan
eksternal yang berada di luar kontrol organisasi.
b.
Perubahan inkremental dan
fundamental
Perubahan incremental hampir terjadi dengan
sendirinya dan mencakup banyak situasi yang dihadapi manajer. Termasuk
didalamnya metode dan proses kerja, tata letak, produk baru, dan situasi lain
dimana orang melihat kelanjutan dan keadaan lama menuju pada keadaan yang baru.
Perkembangan perubahan inkremental terjadi melalui evolusi, tetapi perubahan
tersebut tidak berarti mudah untuk dilaksanakan atau tidak akan menghadapi
resistensi. Sifat prubahan inkremental dipengaruhi hubungan antara tingkat
urgensi dengan resistensinya.
Perubahan fundamental merupakan perubahan
strategic, visioner dan transformasional. Perubahan ini biasanya besar dan
secara dramatis mempengaruhi operasi masa depan organisasi. Contoh perubahan
ini, antara lain adalah hasil proses reengineering
yang mengubah seluruh cara bisnis beroperasi, merger dengan organisasi lain, atau pergerakan organisasi ke dalam
aktivitas yang berbeda total.
c. Tempered radical change
Meyerson (2002) memperkenalkan tempered radical change. Ia berpendapat
bahwa strategi perubahan merupakan suatu kontinum dari sifatnya sangat pribadi
sampai pada sangat umum. Bentuk perubahan yang terjadi dapat berupa disruptive self-expression, verbal jujitsu,
variable-term opportunism, dan strategic alliance building.
Disruptive
self-expression merupakan ekspresi diri yang
ditunjukkan secara pelan-pelan, namun dapat mempengaruhi orang lain.
Kadang-kadang dilakukan secara sederhana, namun secara perlahan mengubah iklim
kerja.
Verbal
jujitsu merupakan upaya pembelaan diri secara lisan
untuk mengarahkan perubahan situasi. Orang dapat bereaksi atas pernyataan yang
tidak diinginkan dan mengalihkan menjadi peluang untuk perubahan yang
diharapkan akan diperhatikan orang lain.
Variable-term
opportunism merupakan upaya untuk mengubah sesuatu
yang sudah menjadi kebiasaan sejak lama dan secara kreatif membuka peluang
baru. Bila diberikan kesempatan kepada bawahan menyampaikan presentas dihadapan
pimpinan, yang biasanya selalu harus dilakukan sendiri yang merupakan
penyimpangan dari kebiasaan.
Strategic
alliance building merupakan perubahan yang dilakukan
dengan membangun kerja sama dengan orang lain, untuk mendapatkan legitimasi,
akses sumber daya dan kontrak, bantuan teknis, serta dukungan emosional.
d.
Perubahan struktural dan
siklikal
Dalam perubahan struktural terjadi kenaikan
atau penurunan yang berarti yang menghasilkan perubahan kualitas, sehingga
diperlukan penyesuaian secara kontinu. Sebagai contoh, teknologi komunikasi
makin canggih sehingga tidak mungkin mundur kembali. Perubahan siklikal
mengikuti pola dalam fluktuasinya, kembali secara regular pada tahap
sebelumnya. Sebagai contoh, perubahan mode sifatnya sementara dan suatu saat
akan kembali pada desain lama.
e.
Planned change dan emergent change
Perubahan
terencana merupakan perubahan rutin,
berulang-ulang, dan diprediksi dan dikendalikan. Untuk melakukan perubahan
terncana dilakukan empat fase (Wibowo, 2006), yaitu sebagai berikut.
1)
Fase eksplorasi : dalam fase ini organisasi menggali dan
memutuskan untuk membuat perubahan spesifik.
2)
Fase perencanaan : proses perencanaan menyangkut mengumpulkan
informasi untuk mendiagnosis masalahnya, menetukan tujuan perubahan dan
mendesain tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan, dan membujuk pengambil
keputusan mencapai tujuan serta mendukung perubahan.
3)
Fase tindakan : implementasi perubahan menyangkut
desain untuk menggerakkan organisasi menuju perubahan, menciptakan pengaturan
dalam mengelola proses perubahan dan mendapat dukungan pelaksanaannya,
mengevaluasi implementasi dan umpan balik untuk penyesuaian serta perbaikan.
4)
Fase integrasi : tahapan ini berkaitan dengan
konsolidasi dan stabilisasi perubahan.
Emergent
Approach merupakan perubahan dengan pendekatan
darurat memberikan arahan dengan melakukan lima gambaran organisasi yang dapat
mengembangkan keberhasilan perubahan (Wibowo, 2006), yaitu sebagai berikut.
1)
Struktur organisasi : perubahan struktur menuju pada
organisasi hirarkhi datar dengan lebih banyak delagasi.
2)
Budaya organisasi : budaya organisasi mencerminkan
perilaku, sikap, dan pola piker karyawan dalam bekerja.
3)
Organisasi pembelajaran : pembelajaran memainkan peran kunci dalam
menyiapkan orang melakukan prubahan atau menolak perubahan.
4)
Perilaku manajerial : dalam perubahan darurat memerlukan
perubahan radikal dalam perilaku manajer.
5)
Kekuatan dan politik : meskipun advokasi terhadap perubahan
darurat cenderung melihat kekuatan dan politik dari perspektif yang berbeda,
mereka semua mengenal arti pentingnya perubahan yang harus dikelola agar
perubahan menjadi efektif.
2.
Tipologi perubahan
Kritner dan Kinicki (2001) mengelompokkan
perubahan ke dalam tiga tipologi, yaitu.
1) Adaptive change merupakan perubahan yang paling rendah tingkat kompleksitasnya dan
ketidakpastiannya.
2) Innovative change memperkenalkan praktik baru dalam organisasi. Perubahan ini berada
di tengah kontinum diukur dari kompleksitas, biaya dan ketidakpastiannya.
3) Radically innovative change
merupakan jenis perubahan yang paling sulit
dilaksanakan, cenderung paling menakutkan bagi manajer untuk melaksanakan,
karena memberikan dampak kuat pada keamanan kerja karyawan.
C.
Hambatan dan Kegagalan Perubahan
1.
Hambatan Perubahan
a.
Demografis
b.
Persepsi terhadap revolusi
informasi
c.
Lingkungan dan social
2.
Kegagalan Perubahan
Menurut
Hussey (2000), ada sepuluh penyebab kegagalan dalam melaksnakan perubahan,
yaitu sebagai berikut.
a.
Implementasi memerlukan waktu
lebih lama daripada yang direncanakan
b.
Kebanyakan masalahnya tidak
diidentifikasi sebelumnya
c.
Aktivitas dalam implementasi
tidak cukup koordinasi
d.
Aktivitas dan krisis bersaing
memecahkan perhatian, sehingga keputusan tidak dilakukan
e.
Manajer kekurangan kapabilitas
yang diperlukan untuk melakukan perubahan
f.
Pelatihan dan instruksi yang
diberikan kepada bawahan tidak cukup
g.
Factor eksternal yang tidak
terkendali berdampak pada implementasi
h.
Manajer departemen tidak cukup
memberikan kepemimpinan dan arahan
i.
Tugas pokok implementasi tidak
didefinisikan secara rinci
j.
Sistem informasi yang tersedia
tidak cukup untuk memonitor implementasi
D.
Manajemen Perubahan
Manajemen perubahan adalah suatu proses sistematis dalam menerapkan
pengetahuan, sarana dan sumber daya yang
diperlukan untuk mempengaruhi perubahan pada orang yang terkena dampak dari
proses tersebut. Manajemen perubahan ditujukan untuk memberikan solusi bisnis
yang diperlukan secara sukses dengan cara yang terorganisir dan metode, melalui
pengelolaan dampak perubahan pada orang yang terlibat. Pendekatan dalam
manajemen perubahan adalah sebagai berikut.
a.
Mengidentifikasikan objek yang
terkena dampak perubahan yang mungkin menolak perubahan
b.
Menelusuri sumber, tipe dan
tingkat resistensi perubahan yang mungkin ditemukan
c.
Mendesain strategi yang efektif
untuk mengurangi resistensi tersebut
3.
Peran dan Tanggung Jawab Perubahan
Menurut Potts dan LaMarsh (2004), peran
utama dalam menjalankan perubahan adalah sebagai berikut.
a. Change advocates yaitu orang yang mempunyai gagasan tetapi tidak mempunyai wewenang
untuk melaksanakan.
b. Sponsor, biasanya adalah direktur atau manajer senior yang sibuk dengan
pekerjaan, tetapi bertanggung jawab dalam menjalankan peran aktif dalam proses
perubahan.
c. Change agents, yaitu yang merencanakan dan mengimplementasikan perubahan atas
namanya sendiri.
d. Targets, yaitu seseorang yang terkena dampak perubahan. Target termasuk orang
diluar organisasi seperti pelanggan atau pemasok.
e. Stakeholders, yaitu semua orang yang terlibat dalam perubahan, termasuk semua
sponsor, agen perubahan dan target.
4.
Komitmen Perubahan
a.
Persiapan
Fase ini melakukan komitmen terdiri dari contact dan awareness. Usaha melakukan kontak dalam bentuk rapat, pidato atau
memo untuk mendapatkan kepedulian. Hasil yang mungkin diperoleh dari kepedulian
bisa pemahaman atau kebingungan.
b.
Penerimaan
Penerimaan terdiri atas tahapan pemahaman
dan persepsi. Hasil dari pemahaman bisa persepsi positif atau negatif. Persepsi
positif akan mendukung memulai perubahan.
c.
Janji (commitment)
Fase ini terdiri dari installation, adoption, institutionalization, dan internalization.
Installation merupakan kesempatan pertama
dimana tindakan komitmen timbul. Ada 2 kemungkinan hasil dari installation
stage, yaitu perubahan digugurkan setelah implementasi awal atau diadopsi untuk
pengujian jangka panjang. Adopsi fokus pada kepentingan dengan masalah
mendalam dan jangka panjang. Tingkat
komitmen dipertimbangkan untuk mencapai tahap adopsi, tetapi proyek perubahan
pada tahap ini tetap dievaluasi, dengan opsi pada penundaan. Ada 2 kemungkinan
hasil pada tahap adopsi : perubahan dapat dihentikan setelah digunakan secara
ekstensif atau perubahan dapat dilembagakan sebagai prosedur standar operasi.
Resistensi Perubahan
A.
Latar Belakang dan Pengertian
Resistensi
Untuk mengatasi resistensi terhadap
perubahan, terlebih dahulu harus dikenali siapa yang menunjukkan sikap menolak
perubahan, kemudian dilakukan komunikasi timbal balik agar bawahan yang menolak
perubahan dapat memahami manfaat dari perubahan dan atasan mengetahui apa yang
diharapkan bawahannya.
Respons orang terhadap perubahan dapat
bersifat negatif atau positif. Respons negatif dilakukan melalui 8 fase, yaitu:
(1) Stabilitas, (2) Tidak bergerak, (3) Penolakan, (4) Kemarahan, (5)
Perundingan, (6) Tertekan, (7) Pengujian, dan (8) Penerimaan.
Sedangkan respons positif berlangsung 5
fase, yaitu: (1) Perasaan optimis secara diam-diam, (2) Pernyataan pesimis
terhadap perubahan, (3) Tumbuhnya kesadaran bahwa perubahan merupakan realitas,
(4) Keberanian menyatakan optimis terhadap perubahan, (5) Kesediaan turut serta
dalam proses perubahan.
B.
Bahaya dan Tingkatan Resistensi
1.
Bahaya Resistensi
a.
Resistensi bersifat menular
b.
Resistensi bersifat melumpuhkan
c.
Resistensi bersifat merintangi
Tingkatan Resistensi
Tingkatan resistensi dari yang
paling lemah sampai pada paling kuat (Wibowo, 2006) adalah sebagai berikut:
a.
Acceptance
Kesediaan menerima perubahan ditunjukkan
oleh sikap antusias, kesediaan bekerja sama, kerja sama di bawah tekanan
manajemen, atau kesediaan menerima perubahan.
b.
Indifference
Sikap tidak acuh ditunjukkan oleh sikap
apatis, hilangnya minat bekerja, bekerja dan hanya jika diperintah, serta
merosotnya perilaku karyawan.
c.
Passive resistence
Ditunjukan oleh adanya sikap tidak mau
bekerja, melakukan protes, dan melakukan kegiatan sedikit mungkin.
d.
Active resistence
Ditunjukkan dengan cara bekerja lambat,
memperpanjang waktu istirahat kerja, meninggalkan pekerjaan, melakukan
kesalahan, mengganggu atau sabotase.
C.
Re sistensi Individual dan Organisasional
1.
Resistensi individual
Terdapat beberapa faktor pendorong bagi timbulnya resistensi
individu dalam organisasi, yaitu:
a.
Ketidakamanan ekonomis
b.
Ketakutan atas hal yang tidak
diketahui
c.
Ancaman pada hubungan sosial
d.
Kebiasaan
e.
Kegagalan kebutuhan untuk
berubah
f.
Proses informasi selektif
g.
Kecenderungan individu
h.
Iklim ketidakpercayaan
i.
Ketakutan akan kegagalan
j.
Konflik pribadi
k.
Kurangnya kebijaksanaan dan
waktu tidak tepat
l.
Sistem penghargaan tidak
memperkuat
2.
Resistensi organisasi
Terdapat beberapa faktor menjadi penghambat pada organisasional
dalam menjalankan proses perubahan (Wibowo, 2006), yaitu:
a.
Kelambanan struktural
b.
Kelambanan kelompok kerja
c.
Tantangan keseimbangan kekuatan
yang ada
d.
Usaha perubahan sebelumnya
tidak berhasil
e.
Fokus atas perubahan terbatas
f.
Ancaman atas keahlian
g.
Ancaman pada hubungan kekuasaan
yang sudah ada
h.
Ancaman atas alokasi sumber
daya yang sudah ada
D.
Mengatasi Resistensi
1.
Teknik mengatasi resistensi
a.
Membentuk dinamika politik
b.
Mengidentifikasi dan
menetralisasi penolakan perubahan
c.
Mendidik angkatan kerja
d.
Mengikutsertakan karyawan pada
usaha perubahan
e.
Menghargai perilaku konstruktif
f.
Menciptakan organisasi
pembelajaran
g.
Memperhitungkan situasi
2.
Strategi mengatasi perubahan
Menurut Kotter & Schlesinger (1979) diperlukan 6 strategi yang
harus dijalankan, yaitu: (1) Pendidikan dan komunikas, (2) Pelibatan dan
pemberdayaan karyawan, (3) Fasilitas dan dukungan, (4) Negosiasi dan
kesepakatan, (5) Manipulasi dan pemilihan, dan (6) Pemaksaan eksplisit dan
implisit.
Usaha perubahan harus dimulai dengan sosialisasi tentang manfaat
suatu perubahan, baik bagi organisasi maupun anggotanya. Langkah-langkah yang
akan diambil adalah sebagai berikut:
a.
Pendidikan, pelatihan dan
komunikasi
b.
Partisipasi
c.
Fasilitasi dan dukungan
d.
Negosiasi
e.
Manipulasi dan pemilihan
f.
Paksaan/kekerasan
MODEL DAN TEORI PERUBAHAN
- Model Perubahan Lewin
Kurt Lewin (1951)
mengembangan model perubahan terencana yang disebut force-field model yang menekankan kekuatan penekanan. Model ini
dibagi dalam tiga tahap, yang menjelaskan cara-cara mengambil inisiatif,
mengelola dan menstabilkan proses perubahan, yaitu: unfreezing, changing atau moving
dan refreezing.
- Pencairan (Unfreezing)
Pencairan merupakan tahap
pertama yang fokus pada penciptaan motivasi untuk berubah. Pencairan merupakan
usaha perubahan untuk mengatasi resistensi individual dan kesesuaian kelompok.
Proses pencairan merupakan adu kekuatan antara faktor pendorong dan faktor
penghalang bagi perubahan status quo. Pencairan dimaksudkan agar seseorang
tidak terbelenggu oleh keinginan untuk mempertahankan status quo dan bersedia
membuka diri.
- Changing atau Moving
Changing atau moving merupakan
tahap pembelajaran di mana karyawan diberi informasi baru, model perilaku baru,
atau cara baru dalam melihat sesuatu. Tujuannya adalah membantu karyawan dalam
mempelajari konsep atau titik pandang baru.
- Pembekuan kembali (Refreezing)
Refreezing merupakan tahap
dimana perubahan yang terjadi distabilisasi dengan membantu karyawan
mengintegrasikan perilaku dan sikap yang telah berubah ke dalam cara yang
normal untuk melakukan sesuatu. Hal ini dilakukan dengan memberi karyawan
kesempatan untuk menunjukkan perilaku dan sikap baru.
- Model Perubahan Tyagi
Tyagi (2001)
beranggapan bahwa model Lewin tersebut belum lengkap, karena tidak menyangkut
beberapa masalah penting. Pendekatan sistem dalam perubahan akan memberikan
gambaran menyeluruh dalam perubahan organisasi. Beberapa komponen sistem dalam
proses perubahan dimulai dengan:
·
Adanya
kekuasaan untuk melakukan perubahan
·
Mengenal
dan mendefinisikan masalah
·
Proses
penyelesaian masalah
·
Mengimplimentasikan
perubahan
·
Mengukur,
mengevaluasi, dan mengontrol hasilnya.
- Model Perubahan Kreitner dan Kinicki
Pendekatan sistem
Kreitner dan Kinicki (2001) merupakan kerangka kerja perubahan organisasional
yang terdiri dari tiga komponen, yaitu:
a)
Inputs
Merupakan masukan
dan sebagai pendorong bagi terjadinya proses perubahan. Semua perubahan
organisasional harus konsisten dengan visi, misi, dan rencana strategis. Di
dalamnya terkandung unsur masukan internal dan masukan eksternal yang keduanya
memiliki kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan. Kondisi masukan ini sangat
mempengaruhi jalannya proses perubahan.
b)
Target element of change
Mencerminkan
elemen di dalam organisasi yang dalam proses perubahan. Sasaran perubahan
diarahkan pada pengaturan organisasi, penetapan tujuan, faktor sosial, metode,
desain kerja dan teknologi, dan aspek manusia.
c)
Outputs
Merupakan hasil
akhir yang diinginkan dari suatu perubahan. Hasil akhir ini harus konsisten
dengan rencana strategik. Hasil perubahan dapat diukur pada beberapa tujuan
baik pada tingkat organisasional, tingkat kelompok maupun tingkat individual.
- Model Perubahan Burnes
Burnes (2001)
mengemukakan tiga macam model perubahan organisasional yang dikelompokkan berdasarkan frekuensi dan besaran perubahan, yaitu:
a.
The increamental model of change
Model ini
berpandangan bahwa perubahan merupakan suatu proses yang berlangsung secara
bertahap. Perubahan dapat terjadi secara bergantian pada masing-masing bagian
dalam organisasi secara terpisah. Pada saat merespons suatu kondisi lingkungan
internal dan eksternal, maka pada saat itu pula terjadi perubahan.
b.
The punchtuated equilibrium model
Model keseimbangan
terpotong terjadi bila aktivitas organisasi menunjukkan stabilitas dalam jangka
panjang sehingga disebut periode equilibrium. Situasi tersebut kemudian
terpotong oleh gonjangan perubahan fundamental relatif jangka pendek, disebut
sebagai periode revolusioner.
c.
The continuous transformation model
Model transformasi
berkelanjutan merupakan model perubahan yang bertujuan untuk menjaga organisasi
agar tetap survive dengan mengembangkan kemampuan untuk mengubah dirinya secara
berkelanjutan. Rasionalisasi model ini adalah di mana lingkungan telah berubah
dan akan terus berubah dengan cepat, radikal dan tidak dapat diprediksi.
- Model Perubahan Conner
a) Daya tahan (resilience)
b) Sifat perubahan (the nature of change)
c) Proses perubahan (process of change)
- Model Perubahan Victor Tan
Victor Tan (2002)
mengemukakan bahwa untuk mencapai keberhasilan dalam proses perubahan
organisasi, pemimpin harus dapat menenangkan pikiran dan hati orang. Victor Tan
mengintroduksi empat tahapan yang harus dilalui dalam proses perubahan, yaitu
sebagai berikut.
a. Membuka pikiran
b. Menenangkan hati
c. Memungkinkan tindakan
d. Menghargai prestasi
- Model Perubahan Bridges dan Mitchell
Bridges dan
Mitchell (dalam Wibowo, 2006) berpendapat, bahwa perubahan memerlukan tahapan
transisi reorientasi psikologis yang berlangsung lambat, yaitu melalui tiga
proses, sebagai berikut.
a.
Saying goodbye
Mengucapkan
selamat tinggal pada cara lama. Di atas kertas adalah logis bergeser ke arah
self-managed team, tetapi hal ini mengakibatkan orang tidak percaya lagi pada
supervisor untuk membuat keputusan.
b.
Shifting into neutral
Merupakan
tahap yang sulit, penuh ketidakpastian dan kabingungan. Tahap sulit selama ini
merupakan tahap yang sulit, terutama pada saat merger dan akuisisi, dimana
keputusan karier kebijakan dan aturan main ditinggalkan, sedangkan dua
kepemimpinan mengerjakan masalah kekuasaan dan pengambilan keputusan.
c.
Moving forward
Merupakan
tindakan bergeser ke depan dan berprilaku dengan cara baru. Fase ini memerlukan
orang yang memulai berprilaku baru, meletakkan kompetensi dan nilai risiko.
- Model Perubahan Kotter
Untuk mengatasi
kesalahan, proses perubahan dilakukan melalui delapan tahap, yaitu sebagai berikut.
a. Menumbuhkan rasa urgensi,
b. Menciptakan koalisi pengarahan,
c. Membangin visi dan strategi,
d. Mengkomunikasikan visi baru,
e. Melibatkan dan memberdayakan karyawan
secara luas,
f. Membangkitkan kemenangan jangka pendek,
g. Konsolidasi dan menghasilkan perubahan,
dan
h. Menancapkan pendekatan baru ke dalam
budaya.
- Model Perubahan Pasmore
Perubahan menurut
Pasmore (1994) berlangsung dalam delapan tahap, yaitu sebagai berikut.
a.
Persiapan
b.
Analisis kekuatan dan kelemahan
c.
Mendesain sub-unit baru
d.
Mendesain proyek
e.
Mendesain sistem kerja
f.
Mendesain sistem pendukung
g.
Mendesain mekanisme integratif
h.
Implimentasi perubahan
- Model Accounting-Turnaround
Model ini
diperkenalkan oleh Harlan D. Platt (1998) yang sangat kental dengan akuntansi
dan hukum. Platt membedakan strategi perubahan ke
dalam tiga kelompok, yaitu: transformasi korporat, turnaround, dan manajemen
krisis. Ketiga strategi tersebut dijalankan menurut kondisi yang berbeda-beda
pada keadaan perusahaan yang sedang menurun.
Teori Motivasi
Beckhard dan Harris (dalam Kasali, 2006)
merumuskan teori-teori motivasi untuk berubah. Perubahan akan terjadi
bila ada sejumlah syarat, yaitu:
1. Manfaat-biaya
2. Ketidakpuasan
3. Persepsi hari esok
4. Cara yang praktis
Teori Proses Perubahan Manajerial
Beer et al (dalam
Kasali, 2006) lewat studinya menemukan pentingnya melibatkan
sedemikian banyak orang dalam perubahan. Inilah tugas utama dari pemimpin yang
intinya adalah bagaimana memperoleh support, konsensus, dan komitmen. Teori ini
mengadopsi pula pentingnya upaya-upaya mengurangi stres dalam perubahan dan
desain pekerjaan yang lebih memuaskan.
Teori Perubahan Alfa, Beta dan Gamma
Teori ini
merupakan perkembangan dari teori OD yang dianjurkan oleh Gollembiewski et al
(1976). Salah satu bentuk intevensi atau
pendekatan yang dilakukan dalam OD adalah team-building yang bertujuan untuk
merekatkan nilai-nilai sebuah organisasi, khususnya kepercayaan dan komitmen.
Perubahan alfa
yaitu perubahan kepercayaan yang terjadi antara suatu dimensi waktu yang stabil
sebelum dan sesudah team-buliding dilakukan. Perubahan beta yaitu perubahan
yang terjadi dalam cara menilai kepercayaan (trust). Sedangkan perubahan gamma
yaitu perubahan yang terjadi karena manusia atau kelompok melihat adanya faktor
atau variabel lain yang lebih penting.
Teori Contingency
Teori ini
dikembangkan oleh Tannenbaum dan Schmid pada tahun 1973 (dalam Kasali, 2006).
Keberhasilan menerapkan manajemen perubahan antara lain sangat ditentukan oleh
gaya yang diadopsi oleh manajemen. Teori ini berpendapat bahwa tingkat
keberhasilanpengambilan keputusan sangat ditentukan oleh sejumlah gaya yang
dianut dalam mengelola perubahan. Gaya dimaksud lebih manyangkut pengambilan
keputusan dari implementasinya.
Vroom & Jago
(1988) menemukan bahwa tingkat keberhasilan masing-masing gaya kepemimpinan
berkaitan erat dengan sejumlah kemungkinan (contingencies).
BENTUK STRATEGI PERUBAHAN
- Perubahan Strategi dan Perubahan Operasional
Perubahan operasional
adalah perubahan kecil bersifat parsial dan tidak menimbulkan dampak luar biasa
bagi divisi dan unit-unit lainnya dalam perusahaan. Misalnya perubahan kemasan
produk, perubahan seragam karyawan, dan lain-lain.
Perubahan strategis adalah perubahan yang
berdampak luas dan memerlukan kordinasi dan dukungan dari semua komponen
perusahaan. Jenis perubahan strategis yaitu perubahan budaya dan nilai-nilai
dasar perusahaan, perubahan arah/fokus bisnis, dan perubahan cara kerja.
- Perubahan Radikal dan Perubahan Inkremental
Perubahan fundamental
dan inkremental hampir sama, akan tetapi tidak demikian dengan perubahan
radikal dan perubahan inkremental. Menurut Draft (2004), perubahan strategis
cenderung radikal, dan perubahan operasional dinilai tak ubahnya sebagai
perubahan inkremental.
Perubahan radikal cenderung mengubah referensi,
arah, dan kebijakan organisasi. Perubahan inkremental adalah perubahan secara
kontinu untuk memelihara keseimbangan umum organisasi. Biasanya, perubahan ini
dilakukan hanya terbatas pada salah satu bagian organisasi dan dampaknya
relatif kecil. Perbedaan inkremental ini sama, tapi berbeda dengan total
quality management, persamaannya adalah perbaikan dilakukan secara kontinu,
sedangkan perbedaannya dilakukan secara total, yaitu pada semua orang, semua
fungsi manajemen dan semua proses.
- Perubahan Kasat Mata dan Mosaik
Perubahan yang terjadi
secara kontras, bersifat lokal, dan dimuat dimedia massa dari suatu kejadian
dapat dikategorikan sebagai perubahan kasat mata. Dalam kehidupan ditemui
perubahan yang tidak dapat dilihat secara kasat mata. Seringkali untuk melihat
perubahan ini diperlukan pihak ketiga yang bertindak mengumpulkan mosaik yang
terpisah dan dianalisis terhadap kecenderungan yang terjadi ditempat yang
terpisah-pisah dengan rentang waktu berjauhan, misalnya karya John Naisbitt.
- Pembaruan Perusahaan
Menurut Platt(1998)
perubahan strategis suatu perusahaan dilakukan dalam tiga kategori, yaitu:
transformasi manajemen, manajemen turnaround, dan manajemen krisis.
a) Transformasi manajemen
Biasanya
dilakukan perusahaan yang sehat, yaitu perusahaan yang menangkap adanya signal
yang kurang menguntungkan.
b) Manajemen turnaround
Hal ini biasanya
dilakukan bila perusahaan menghadapi masalah yang pelik dan melibatkan
pihak-pihak yang lebih luas. Namun, pada tahapan ini, perusahaan masih
mempunyai sumber daya (pada sisi aset) dan tersedia waktu untuk melakukan
manuver perbaikan.
c) Manajemen krisis
Hal ini biasanya
dilakukan bila perusahaan memasuki krisis, yaitu saat perusahaan mulai
kehabisan dana dan energi(reputasi, motivasi)
d) Kombinasi strategis
Manajemen selalu
mengupayakan prinsip going concern
yang antara lain tercermin dalam:
1. Biaya produksi yang efisien,
2. Kualitas produk atau jasa selalu ditingkatkan,
3. Pendapatan terus tumbuh,
4. Citra perusahaan dan merek harus diajaga,
5. Mutu SDM selalu ditingkatkan dan lebih
produktif.
- Perubahan Antisipasi, Reaktif, dan Krisis
Black & Gregersen
(2003) membagi strategi perubahan dalam tiga kategori, yaitu:
a. Perubahan antisipatif, yaitu perubahan sebelum
segala sesuatu terjadi yang biasa digunakan oleh pemimpin pasar untuk mendikte
dan menguasai pasar.
b. Perubahan reaktif adalah perubahan yang paling
sering digunakan perusahaan sebagai reaksi atas setiap kejadian dan merespons
setiap hal yang baru terjadi.
c. Perubahan krisis, dimana sesuatu yang rutin
manjedi kacau, tidak ada keteraturan dan kordinasi. Perubahan dalam krisis
membutuhkan biaya besar dan energi yang sangat besar.
PERUBAHAN SUMBER DAYA MANUSIA
A.
Kesiapan
SDM
Pada umumnya,
tidak semua SDM memahami akan arti pentingnya melakukan perubahan. Oleh karena
itu, diperlukan peningkatan pemahaman terhadap karakter perubahan itu sendiri,
apa yang dimaksud perubahan, mengapa perlu perubahan, dan factor apa yang
mendorong perubahan. Sampai di mana kesiapan untuk melakukan perubahan dan
bagaimana mengelola perubahan agar mencapai tujuan yang diinginkan ?
Perubahan diawali
dengan mempersiapkan semua SDM untuk menerima perubahan, karena manusia menjadi
subjek dan objek perubahan serta mempunyai sifat resisten terhadap perubahan.
Karena itu, perubahan SDM dimulai dengan melaukan pencairan terhadap pola perilaku
lama yang cenderung mempertahankan status quo, untuk diubah agar bersedia
menerima pola pikir baru yang berkembang secara dinamis. Dalam hal tersebut
diperlukan pemberdayaan SDM yang merupakan kebutuhan untuk berlangsungnya
proses perubahan.
B.
Menjadi SDM yang cerdas
Orang cerdas
memiliki kemampuan melebihi dari orang lain, yaitu memiliki daya penalaran yang
tinggi, bersifat kritis, dinamis, dan kreatif. Terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan bila dalam organisasi terdapat orang cerdas, yaitu sebagai
berikut.
1.
Menghilangkan pemikiran yang salah
Seringkali
pemimpin melakukan kesalahan dalam melakukan perubahan, karenanya ada lima cara
berpikir yang harus dihindari, yaitu.
a. Hanya orang lain yang perlu berubah
b.
Perubahan
harus dipaksakan
c.
Waktu terbaik
adalah pada saat krisis
d.
Perubahan
untuk menutupi kinerja buruk
e.
Uang
adalah motivator paling efektif
2.
Kekuatan pendorong SDM yang cerdas
Orang cerdas
memiliki lima karakteristik yang mempengaruhi cara berpikir mereka dan
bertindak. Kelima karakteristik tersebut adalah :
a. Berpengalaman
b. Pendidikan
c. Keahlian
d. Prestasi unggul
e. Kemampuan natural
3.
Mengelola orang cerdas
Untuk membuka
pikiran dan hati orang cerdas, harus mengetahui bagaimana mengelola situasi di
mana masing-masing lima sifat yang kurang baik menonjol, yaitu sebagai berikut.
a. Apabila orang cerdas egois
Orang cerdas
sering memiliki ego proposional dengan tingkat sukses yang telah dicapainya.
Cara berhubungan dengan ego besar adalah dengan member pengakuan pada kemampuan
atau prestasinya. Perlu berhati-hati agar tidak melukai egonya.
b. Bila ia percaya diri berlebihan
Cara terbaik untuk
mencegah orang cerdas terlalu percaya dirinya sendiri adalah dengan menggali
kemungkinan blind spot dalam
organisasi dengan menggunakan konsultan eksternal.
c. Bila ia berkelakuan jelek
Cara terbaik berhubungan dengan
orang yang mempunyai kebiasaan jelek (tidak sopan, kasar) adalah tidak
kehilangan ketenangan dengan menggunakan psikologi.
d. Bila ia berpandangan sempit
Cara membujuk orang cerdas yang
berpandangan sempit adalah membuat ia melihat nilai dari bekerja sama dengan
semua devisi untuk memcapai visi dan misi organisasi.
e. Bila ia tidak fleksibel
Kebanyakan orang
cerdas telah memiliki cara berpikir dan pola kerja yang dianggapnya baik dalam
bidang pekerjaan. Untuk membujuk ia melakukan apa yang diinginkan organisasi
adalah melihat matanya dan bila perlu dengan cara paksa.
C.
Mencapai keunggulan
Untuk menjadi SDM
yang unggul dalam persaingan yang ketat, diperlukan berbagai kegiatan yaitu
sebagai berikut.
1) Mengembangkan potensi
Untuk mencapai
keunggulan, pemimpin mengembangkan potensi semua orang yang ada di dalam
organisasi, dengan langkah-langkah berikut.
a. Membangun atribut kunci
b. Membangun percaya diri
c. Mengambil risiko
d. Mengembangkan dorongan
e. Memimpin dengan efektif
f. Mengejar keunggulan
2) Memperbaiki keterampilan
Kinerja seseorang
harus senantiasa ditingkatkan dengan mengembangkan pengetahuan, keterampilan,
selalu belajar mengembangkan diri, berpikir efektif, memperbaiki memori,
memperbaiki kemampuan membaca, kemampuan menulis dan berbicara lebih lancer.
3) Menjadi lebih efektif
Terdapat
sejumlah alat dan teknik untuk meningkatkan kinerja lebih efektif adalah dengan
mendorong kreativitas, menggunakan waktu yang efisien, menjadi lebih produktif,
kemampuan memilih prioritas, memahami manfaat dan biaya, mengurangi stress, dan
mengukur progress.
4) Mencapai sukses
Sukses melekat
pada kemampuan mengelola karir dengan baik. Untuk mencapai sukses harus
dilakukan hal-hal berikut.
a. Mengukur kembali tujuan
b. Menemukan mentor
c. Melakukan kontak
d. Berperan sebagai pemimpin
5) Mempengaruhi orang lain
Mempengaruhi orang
lain agar menerima sudut pandang, gagasan, dan rencana aksi adalah sangat
penting untuk mencapai sukses. Bila dilakukan negosiasi, harus mempunyai
gagasan mengenai hasil optimal yang diinginkan, hasil yang diharapkan, dan
hasil minimal yang dapat diterima.
6) Merencakan ke depan
Merencakan
merupakan hasil pemikiran apa yang diharapkan dapat tercapai dimasa depan.
D.
Pelibatan dan Pemberdayaan Karyawan (PPK)
1. Pengertian pelibatan dan pemberdayaan karyawan
Pelibatan karyawan
adalah suatu proses untuk mengikutsertakan karyawan pada suatu tingkatan
organisasi dalam pembuatan keputusan dan pemecahan masalah. Sedangkan
pemberdayaan adalah pelibatan karyawan secara signifikan, di mana karyawan
diperhatikan, dipertimbangkan, dan menindaklanjuti masukan karyawan. Pelibatan
dan pemberdayaan karyawan merupakan perubahan pada falsafah manajemen dengan
pendekatan patisipatif adalah suatu proses untuk menjadikan orang lebih berdaya
atau lebih berkemampuan untuk memcahkan masalahnya sendiri yang dapat membantu
menciptakan lingkungan di mana setiap individu dapat menggukan kemampuan dan
energinya untuk meraih tujuan organisasi.
2. Perlunya PPK
PPK diperlukan
karena 2 hal, yaitu : (a) lingkungan eksternal telah berubah yang penuh
ketidakpastian, kompleksitas, dan perubahan yang tidak diduga, (b) orangnya
sudah berubah, dimana SDM menjadi
intellectual capital bagi
organisasi dan factor dominan dalam mencapai keberhasilan.
3. Hambatan PPK
Beberapa manajer
yang mempunyai kekuasaan melakukan perubahan tidak peduli atas masalah yang
dihadapinya, sedangkan petugas garis depan memahami persoalannya tidak diberi
wewenang untuk melakukannya. Disamping itu beberapa manajer enggan memberikan
wewenang kepada bawahannya karena merasa dengan PPK akan mengurangi
kekuasaannya.
Penolakan
manajemen terhadap PPK antara lain karena lasan ketidakamanan, nilai-nilai
pribadi, ego, pelatihan manjemen, karakteristik kepribadian, keterlibatan para
manajer, serta struktur organisasi dan praktik manajemen.
E.
Mengubah Pola Pikir
Untuk meningkatkan
daya saing organisasi, diperlukan perubahan pola pikir semua orang yang ada di
dalam organisasi, yaitu perubahan sikap dan mindset. Mindset adalah keadaan
pikiran yang mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasa, dan bertindak dalam
stiap situasi. Mindset adalah paradigm mental yang dipengaruhi lima komponen,
yaitu :
a. Noda gelap (blind
spots)
Adalah di mana
seseorang tidak dapat melihat dengan baik dan jelas mengenai perlunya melakukan
perubahan. Pemimpin gagal melihat kelemahan organisasinya. Blind spot mencegah
orang melihat kelemahan dan kompetensinya.
b. Asumsi
Adalah suatu
pandangan atau anggapan yang dilihat sebagai suatu kebenaran tetapi belum
dibuktikan. Beberapa asumsi dibuat berdasarkan analisis formal, sebagian berdasarkan
pandangan kelompok atau pandangan pemimpin.
c. Puas dengan diri sendiri (complacency)
Merupakan
perasaan aman yang dimiliki seseorang pada prestasinya. Complacency berbeda
dengan satisfaction. Complacency berakibat mengecilkan prestasi, sedangkan satisfaction
meningkatkan prestasi.
d. Kebiasaan
Adalah tindakan
yang dilakukan berulang-ulang tanpa berpikir dan menjadi berakar dalam perilaku
seseorang, yang tidak mengukur tujuan dan manfaat dari tindakannya.
e. Sikap
Adalah persepsi
seseorang tentang sesuatu yang mempengaruhi perilakunya. Sikap adalah komponen
penting dalam menetukan pola piker. Seseorang yang mempunyai sikap positif
lebih mampu mencapai perubahan produktif dan keberhasilan dibandingkan dengan
mereka yang bersifat negatif.
Sumber :
Nasution, M. Nur. 2010. Manajemen Perubahan. Jakarta : Ghalia Indonesia
https://www.facebook.com/akuahmadjuga suka
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletekak, ada penjelasan tentang "tingkat keberhasilan pesaing" dalam mnjemn perubahan ini tidak? bisa sharing kn? hhee.. Terima kasih,, btw artikel kakak "GOOD" and it's can help anybody
ReplyDeletekak bagaiaman pengaruh manajemen perubahan dari faktor lingkungan ?
ReplyDelete