PENGERTIAN
PENGETAHUAN
Davenport
dan Prusak (1998) membedakan pengertian antara data, informasi dan pengetahuan
yaitu : “knowledge is neither data nor information, though it related to
both, and the differences between these terms are often a matter of degree”.
1. Data is a set of discrete,objective
facts about events.
Seperti
yang dicontohkan oleh Davenport dan Prusak, bila seseorang pelanggan datang
untuk mengisi tanki mobilnya ke pompa bensin, maka transaksi yang terjadi dapat
digambarkan sebagian oleh data, yaitu berapa uang yang harus dibayarkan, berapa
liter bensin yang diisikan, namun tidak menjelaskan mengapa pelanggan itu
datang ke pompa bensin, kualitas pelayanan pompa bensin, dan tidak dapat meramalkan
kapan lagi pelanggan tersebut akan kembali ke pompa bensin. Dalam organisasi,
data terdapat dalam catatan-catatan (records) atau transaksi-transaksi.
2. Information
is data that makes a difference.
Kata inform
sejatinya berarti to give shape atau untuk memberi bentuk, dan
informasi ditujukan untuk membentuk orang yang mendapatkannya, yaitu untuk
membuat agar pandangan atau wawasan orang tersebut berbeda (dibandingkan
sebelum memperoleh informasi). Sebagai contoh pelanggan mengisi tanki mobilnya
dengan bensin premix, bukan premium, pernyataaan tersebut merupakan informasi.
Menurut Peter Drucker, tidak seperti data, informasi mempunyai makna (meaning)
yang ditimbulkan oleh relevansi dan tujuan yang diberikan oleh penciptanya.
Misalnya pembei informasi menyampaikan bahwa pelanggan mengisi tanki mobilnya
dengan bensin premix, bukan premium, mengandung tujuan tertentu yang dikaitkan
dengan lawan bicara, atau mengandung relevansi tertentu yang dikaitkan dengan
lawan bicara, atau mengandung relevansi tertentu yang dikaitkan dengan topic
pembicaraan. Davenport dan Prusak memberikan metode mengubah data menjadi
informasi melalui kegiatan yang dimulai dengan huruf C: contextualized,
calculated, corrected, dan condensed. Dalam organisasi, infomasi
terdapat dalam pesan (messages).
3. Knowledge is a fluid mix of framed
experience, values, contextual information,and expert insight that provides a
framework for evaluating and incorporating new experiences and information. It
originates and is applied in the minds of knowers. In organizations, it often
becomes embedded not only in documents or repositories but also in
organizational routines, processes, practices, and norms.
Davenport
dan Prusak memberikan metode mengubah informasi menjadi pengetahuan melalui kegiatan
yang dimulai dengan huruf C: comparation, consequences, connections, dan
conversation. Dalam organisasi, pengetahuan diperoleh dari
individu-individu atau kelompok orang-orang yang mempunyai pengetahuan, atau
kadang kala dalam rutinitas organisasi. Pengetahuan diperoleh melalui media
yang terstuktur seperti: buku dan dokumen, hubungan orang-ke-orang yang
berkisar dari pembicaraan ringan hingga ilmiah.
Dalam
buku yang ditulis oleh Von Krogh, Ichiyo, serta Nonaka 2000,disampaikan
ringkasan gagasan yang mendasari pengertian mengenai pengetahuan:
- pengetahuan merupakan justified true believe.
Seorang
individu membenarkan (justifies) kebenaran atas kepercayaannya
berdasarkan observasinya mengenai dunia. Jadi bila seseorang menciptakan
pengetahuan, ia menciptakan pemahaman atas suatu suatu situasi baru dengan cara
berpegang pada kepercayaan yang telah dibenarkan. Dalam definisi ini,
pengetahuan merupakan konstruksi dari kenyataan, dibandingkan sesuatu yang
benar secara abstrak. Penciptaan pengetahuan tidak hanya merupakan kompilasi
dari fakta-fakta, namun suatu proses yang unik pada manusia yang sulit
disederhanakan atau ditiru. Penciptaaan pengetahuan melibatkan perasaan dan
system kepercayaan (belief systems) dimana perasaan atau system
kepercayaan itu bisa tidak disadari.
2. pengetahuan
merupakan sesuatu yang eksplisit sekaligus terbatinkan (tacit).
Beberapa
pengetahuan dapat dituliskan di kertas, diformulasikan dalam bentuk
kalimat-kalimat, atau diekspresikan dalam bentuk gambar. Namun ada pula pengetahuan
yang terkait erat dengan perasaan, keterampilan dan bentuk bahasa utuh,
persepsi pribadi, pengalaman fisik, petunjuk praktis (rule of thumb) dan
institusi. Pengetahuan terbatinkan seperti itu sulit sekali digambarkan kepada
orang lain. Mengenali nilai dari pengetahuan terbatinkan dan memahami bagaimana
menggunakannya merupakan tantangan utama organisasi yang ingin terus
menciptakan pengetahuan.
- penciptaan pengetahuan secara efektif bergantung pada konteks yang memungkinkan terjadinya penciptaan tersebut.
Apa
yang dimaksud dengan konteks yang memungkinkan terjadinya penciptaan
pengetahuan adalah ruang bersama yang dapat memicu hubungan-hubungan yang
muncul. Dalam konteks organisional, bisa berupa fisik, maya, mental atau
ketiganya. Pengetahuan bersifat dinamis, relasional dan berdasarkan tindakan
manusia, jadi pengetahuan berbeda dengan data dan informasi, bergantung pada
konteksnya.
- penciptaan pengetahuan melibatkan lima langkah utama,
Von
Krogh, Ichiyo serta Nonaka (2000) bahwa penciptaan pengetahuan organisasional
terdiri dari lima langkah utama yaitu:
1.
berbagi pengetahuan terbatinkan;
2. menciptakan konsep;
3. membenarkan konsep;
4. membangun prototype; dan
5. melakukan penyebaran pengetahuan di berbagai fungsi dan tingkat di
organisasi.
Pengertian
Knowledge Management
Manajemen pengetahuan (knowledge
management) ialah suatu rangkaian kegiatan yang digunakan oleh organisasi
atau perusahaan untuk mengidentifikasi, menciptakan, menjelaskan, dan
mendistribusikan pengetahuan untuk digunakan kembali, diketahui, dan dipelajari
di dalam organisasi. Kegiatan ini biasanya terkait dengan objektif organisasi
dan ditujukan untuk mencapai suatu hasil tertentu seperti pengetahuan bersama,
peningkatan kinerja, keunggulan kompetitif, atau tingkat inovasi yang lebih
tinggi.
Konsep manajemen pengetahuan ini
meliputi pengelolaan sumber daya manusia (SDM) dan teknologi informasi (TI)
dalam tujuannya untuk mencapai organisasi perusahaan yang semakin baik sehingga
mampu memenangkan persaingan bisnis. Perkembangan teknologi informasi memang
memainkan peranan yang penting dalam konsep manajemen pengetahuan. Hampir semua
aktivitas kehidupan manusia akan diwarnai oleh penguasaan teknologi informasi,
sehingga jika berbicara mengenai manajemen pengetahuan tidak lepas dari
pengelolaan.
Pada perkembangan ini menunjukan
makin cepatnya perubahan dalam segala bidang kehidupan, akibat dari efek
globalisasi serta perkembangan teknologi informasi yang sangat akseleratif.
Kondisi ini jelas telah mengakibatkan perlunya cara-cara baru dalam menyikapi
semua yang terjadi agar dapat tetap survive. Penekanan akan makin pentingnya
kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu respon dalam menyikapi
perubahan tersebut, dan ini tentu saja memerlukan upaya-upaya untuk meningkatkan
dan mengembangkan SDM.
Sehubungan dengan itu peranan ilmu
pengetahuan menjadi makin menonjol, karena hanya dengan pengetahuanlah semua
perubahan yang terjadi dapat disikapi dengan tepat. Ini berarti pendidikan
memainkan peran penting dalam mempersiapkan SDM yang berkualitas dan
kompetitif. Ketatnya kompetisi secara global khususnya dalam bidang ekonomi
telah menjadikan organisasi usaha memikirkan kembali strategi pengelolaan
usahanya, dan SDM yang berkualitas dengan penguasaan pengetahuannya menjadi pilihan
penting yang harus dilakukan dalam konteks tersebut.
Jenis Penerapan Knowledge Management
Jenis Penerapan Knowledge Management
Perbedaan yang paling signifikan di
antara jenis knowledge ialah tacit versus explicit (Nonaka dan Takeuchi, 1995).
Di dalam organisasi explicit knowledge tidak menjadi masalah karena mudah
didokumentasikan, diarsipkan, dan diberi kode. Di lain pihak, tacit knowledge
merupakan suatu tantangan tersendiri karena pengetahuan sering kali dirasakan
sangat berharga untuk dibagikan dan digunakan dengan cara yang tepat. Pemahaman
akan perbedaan kedua jenis knowledge ini sangatlah penting, dan yang perlu
diperhatikan juga adalah aplikasinya dengan cara yang berbeda untuk memindahkan
jenis knowledge yang berbeda.
1. Tacit Knowledge
1. Tacit Knowledge
Pada dasarnya tacit knowledge
bersifat personal, dikembangkan melalui pengalaman yang sulit untuk
diformulasikan dan dikomunikasikan (Carrillo et al.,2004). Tacit knowledge
tidak dinyatakan dalam bentuk tulisan, melainkan sesuatu yang terdapat dalam
benak orang-orang yang bekerja di dalam suatu organisasi.
Menurut Polanyi (1966) tacit knowledge secara umum dijabarkan sebagai:
1.Pemahaman dan aplikasi pikiran bawah sadar
2. Susah untuk diucapkan
3. Berkembang dari kejadian langsung dan pengalaman
4. Berbagi pengetahuan melalui percakapan (story-telling)
Berdasarkan pengertiannya, maka tacit knowledge dikategorikan sebagai personal knowledge atau dengan kata lain pengetahuan yang diperoleh dari individu (perorangan).
1.1. Personal Knowledge
Menurut Polanyi (1966) tacit knowledge secara umum dijabarkan sebagai:
1.Pemahaman dan aplikasi pikiran bawah sadar
2. Susah untuk diucapkan
3. Berkembang dari kejadian langsung dan pengalaman
4. Berbagi pengetahuan melalui percakapan (story-telling)
Berdasarkan pengertiannya, maka tacit knowledge dikategorikan sebagai personal knowledge atau dengan kata lain pengetahuan yang diperoleh dari individu (perorangan).
1.1. Personal Knowledge
Menurut Berkeley (1957, p. 23)
pengetahuan manusia bermula pada saat orang mendapatkan ide dimana kesan
tersebut muncul dari perasaan dan sistem kerja pikiran atau dengan kata lain
ide dibentuk dengan bantuan dari memori dan imajinasi yang menambah, membagi,
mengungkapkan perasaan sebenarnya.
Selanjutnya menurut Bahm (1995, p.
199) penelitian pada sifat dasar pengetahuan seketika mempertemukan perbedaan
antara knower dan known, atau seringkali diartikan dalam istilah subject dan
object, atau ingredient subjective dan objective dalam pengalaman. Pengalaman
yang diperoleh tiap karyawan tentunya berbeda-beda berdasarkan situasi dan
kondisi yang tidak dapat diprediksi. Definisi experience yang diambil dari
kamus bahasa Inggris adalah the process of gaining knowledge or skill over a
period of time through seeing and doing things rather than through studying.
Yang artinya proses memperoleh pengetahuan atau kemampuan selama periode
tertentu dengan melihat dan melakukan hal-hal daripada dengan belajar.
Davenport dan Prusak dalam Martin
(2010, p. 2) mendefinisikan personal knowledge is a fluid mix of framed
experience, values, contextual information and expert insight that provides a
framework for evaluating and incorporating new experiences and information.”
Secara garis besar, berarti gabungan dari pengalaman, nilai – nilai, informasi
kontekstual, dan wawasan luas yang menyediakan sebuah kerangka pengetahuan
untuk mengevaluasi dan menggabungkan pengalaman – pengalaman dan informasi yang
baru.
Menurut Martin (2010), personal knowledge didapat dari instruksi formal dan informal. Personal knowledge juga termasuk ingatan, story-telling, hubungan pribadi, buku yang telah dibaca atau ditulis, catatan, dokumen, foto, intuisi, pengalaman, dan segala sesuatu yang dipelajari, mulai dari pekarangan hingga pengembangan nuklir.
2. Explicit Knowledge
Menurut Martin (2010), personal knowledge didapat dari instruksi formal dan informal. Personal knowledge juga termasuk ingatan, story-telling, hubungan pribadi, buku yang telah dibaca atau ditulis, catatan, dokumen, foto, intuisi, pengalaman, dan segala sesuatu yang dipelajari, mulai dari pekarangan hingga pengembangan nuklir.
2. Explicit Knowledge
Explicit knowledge bersifat formal
dan sistematis yang mudah untuk dikomunikasikan dan dibagi (Carrillo et al.,
2004). Menurut pernyataan Polanyi (1966) pada saat tacit knowledge dapat
dikontrol dalam benak seseorang, explicit knowledge justru harus bergantung
pada pemahaman dan aplikasi secara tacit, maka dari itu semua pengetahuan
berakar dari tacit knowledge. Secara umum explicit knowledge dapat dijabarkan
sebagai:
1. Dapat diucapkan secara tepat dan resmi
2. Mudah disusun, didokumentasikan, dipindahkan, dibagi, dan dikomunikasikan
Penerapan explicit knowledge ini lebih mudah karena pengetahuan yang diperoleh dalam bentuk tulisan atau pernyataan yang didokumentasikan, sehingga setiap karyawan dapat mempelajarinya secara independent.
1. Dapat diucapkan secara tepat dan resmi
2. Mudah disusun, didokumentasikan, dipindahkan, dibagi, dan dikomunikasikan
Penerapan explicit knowledge ini lebih mudah karena pengetahuan yang diperoleh dalam bentuk tulisan atau pernyataan yang didokumentasikan, sehingga setiap karyawan dapat mempelajarinya secara independent.
2.1 Job Procedure
Secara terpisah pengertian job
adalah a responsibility, duty or function, dan procedure adalah a formal or
official order or way of doing things. Jadi pengertian job procedure atau
prosedur kerja adalah tanggung jawab atau tugas yang bersifat formal atau
perintah resmi atau cara melakukan hal-hal. Berdasarkan pernyataan Anshori
selaku pihak yang mencetuskan knowledge management, salah satu bentuk konkret
dari explicit knowledge adalah Standard Operation Procedure.
Standard Operation Procedure atau
prosedur pelaksanaan dasar dibuat untuk mempertahankan kualitas dan hasil
kerja. Dengan menggunakan Standard Operation Procedure maka tugas-tugas akan
semakin mudah dikerjakan, juga tamu akan terbiasa dengan sistem pelayanan yang
ada. Disamping itu Standard Operation Procedure diciptakan agar para tamu
merasa nyaman dalam mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan. Standard
Operation Procedure sendiri dalam pelaksanaannya sangat fleksibel karyawan
dapat memberikan masukan berdasarkan pengetahuan yang didapat.
Lebih lanjut menurut Sulastiyono
(2001, p. 244) Standard adalah sebagai langkah awal untuk mendapatkan derajat
kesesuaian suatu produk, dibandingkan dengan harapan-harapan tamu. Oleh sebab
itu, agar suatu jenis pekerjaan dapat menghasilkan produk yang standard dari
waktu ke waktu, maka cara-cara mengerjakan untuk menghasilkan produk tersebut
juga harus dilakukan dengan cara-cara yang standard pula. Yang dimaksudkan
dengan produk yang standard adalah:
1. Memiliki derajat kesesuaian untuk pemakai.
2. Setiap jenis produk yang dihasilkan untuk digunakan, secara konsisten memiliki spesifikasi yang sama.
Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya atau digunakannya Standard Operation Procedure adalah:
1. Memiliki derajat kesesuaian untuk pemakai.
2. Setiap jenis produk yang dihasilkan untuk digunakan, secara konsisten memiliki spesifikasi yang sama.
Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya atau digunakannya Standard Operation Procedure adalah:
1. Mempunyai nilai sebagai alat atau saluran komunikasi bagi manajemen dengan para staf dan para pelaksananya. Melalui Standard Operation Procedure, seluruh staf dan karyawan akan mengetahui secara jelas, berusaha untuk memahami tentang tujuan dan sasaran, serta kebijakan dan prosedur kerja perusahaan. Dengan demikian setiap orang dalam organisasi akan menerima pesan yang jelas dari Standard Operation Procedure tersebut.
2. Standard Operation Procedure juga dapat digunakan sebagai alat atau acuan untuk melaksanakan pelatihan baik bagi para staf dan karyawan, serta bagi karyawan baru.
3. Standard Operation Procedure dapat mengurangi waktu yang terbuang, dengan demikian diharapkan akan meningkatkan produktivitas kerja baik bagi manajemen ataupun bagi para staf dan karyawan. Apabila tidak tersedia manual pekerjaan, maka bila terjadi sesuatu kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan harus dicari dahulu jalan pemecahannya, atau didiskusikan dahulu dengan rekan sekerja dan atasannya, dan ini berarti membuang waktu. Lain halnya bila cara penyelesaiannya sudah tersedia secara tertulis, maka akan lebih cepat pelaksanaanya dan waktu lebih banyak dihemat, serta dapat lebih dimanfaatkan untuk menyelesaikan pekerjaan lain.
4. Dengan dibantu oleh pengawasan yang dilaksanakan dalam proses pekerjaan, maka Standard Operation Procedure dapat dilaksanakan secara lebih konsisten, dan menjamin terciptanya produk yang standar, sekalipun dikerjakan oleh orang-orang yang berbeda dan waktu pelaksanaan yang tidak bersamaan.
2.2 Technology
Teknologi merupakan salah satu
elemen pokok yang terdapat pada knowledge management, dikenal sebagai media
yang mempermudah penyebaran explicit knowledge. Berdasarkan pernyataan
Gillingham dan Roberts (2006) awal mulanya knowledge management digerakkan oleh
teknologi, khususnya explicit knowledge yang lebih mudah disusun. Menurut
Marwick (2001) teknologi bukanlah hal baru dalam knowledge management, dan
pengalaman yang telah dibentuk oleh para ahli sebelumnya menjadi bahan
pertimbangan terbentuknya teknologi itu sendiri.
Seiring dengan berjalannya waktu
teknologi yang mendukung knowledge management akan selalu berkembang dalam
bentuk sistem-sistem yang mempermudah proses penyebaran knowledge. Salah satu
teknologi paling mutakhir yang saat ini digunakan oleh banyak perusahaan
untukproses penyebaran knowledge adalah intranet, dimana hal ini didasarkan
pada kebutuhan untuk mengakses knowledge dan melakukan kolaborasi, komunikasi
serta sharing knowledge secara ”on line”. Intranet merupakan salah satu bentuk teknologi
yang diterapkan di Surabaya Plaza Hotel. Intranet atau yang disebut juga
internal internet menawarkan kesempatan untuk menggunakan telekomunikasi yang
maju yang telah dikembangkan dari internet.
Menurut pendapat Merali peralatan
seperti intranet dan internet dianggap sebagai sistem knowledge management yang
utama untuk menjalankan dan mendukung forum diskusi dan praktek (1999).
Intranet bukan merupakan jaringan tunggal juga bukan merupakan perangkat yang
menghubungkan jaringan-jaringan seperti internet. Nama intranet digunakan
sebagai perwujudan dimana standar dan alat- alat dikembangkan dalam internet
digunakan untuk menyimpan dan mengirim data perusahaan kepada pengguna dalam
jaringan internal
Elemen Pokok Knowledge
Elemen Pokok Knowledge
1. People
Yang berarti Knowledge Management berasal dari orang. People merupakan bentuk dasar untuk membentuk knowledge baru. Tanpa ada orang tidak akan ada knowledge.
Yang berarti Knowledge Management berasal dari orang. People merupakan bentuk dasar untuk membentuk knowledge baru. Tanpa ada orang tidak akan ada knowledge.
2. Technology
Merupakan infrastruktur teknologi yang standar, konsisten, dan dapat diandalkan dalam mendukung alat-alat perusahaan.
3. Processes
Yang terdiri dari menangkap, menyaring, mengesyahkan, mentransformasikan, dan menyebarkan knowledge ke seluruh perusahaan dilengkapi dengan menjalankan prosedur dan proses tertentu.
Tujuan Penerapan Knowledge Manajemen
Implementasi knowledge management
atau manajemen pengetahuan akan memberikan pengaruh positif terhadap proses
bisnis perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung, beberapa manfaat
knowledge management atau manajemen pengetahuan bagi perusahaan antara lain:
- Penghematan waktu dan biaya. Dengan adanya sumber pengetahuan yang terstruktur dengan baik, maka perusahaan akan mudah untuk menggunakan pengetahuan tersebut untuk konteks yang lainnya, sehingga perusahaan akan dapat menghemat waktu dan biaya.
- Peningkatan aset pengetahuan. Sumber pengetahuan akan memberikan kemudahaan kepada setiap karyawan untuk memanfaatkannya, sehingga proses pemanfaatan pengetahuan di lingkungan perusahaan akan meningkat, yang akhirnya proses kreatifitas dan inovasi akan terdorong lebih luas dan setiap karyawan dapat meningkatkan kompetensinya.
- Kemampuan beradaptasi. Perusahaan akan dapat dengan mudah beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis yang terjadi.
- Peningkatan produktfitas. Pengetahuan yang sudah ada dapat digunakan ulang untuk proses atau produk yang akan dikembangkan, sehingga produktifitas dari perusahaan akan meningkat.
MANAJEMEN PENGETAHUAN (KNOWLEDGE MANAGEMENT) yang
DINAMIS
Merebaknya fenomena manajemen
pengetahuan merupakan kritik langsung kesalah pahaman karena ‘pengetahuan”
tidak diartikan sebagai benda mati, sebagaimana kalimat
berikut ini tentang “pengetahuan”:
“
the potentiality of values as it exists in various components or flows of
overall “capital” in a firm, the relationships and synergistic modulations that
can augment the value of that capital, and the application of its potential to
real business tasks…(it) in – cludes an organization’s unrefined knowledge
assets as well as wealth generating assets whose main component is knowledge”
(Society
of Management Accountants of Canada,1999).
Potensi nilai yang ada pada berbagi
komponen atau proses (aliran) keseluruhan “modal” dalam sebuah perusahaan,
antar hubungan dan penyesuian-penyesuian sinergis yang bisa meningkatkan
nilai modal tersebut, dan penerapan potensi tersebut pada tugas-tugas bisnis
yang sesungguhnya… (ini) mencakup pula modal pengetahuan organisasi yang
belum diolah, dan modal yang mendatangkan keuntungan dan yang komponen
utamanya adalah pengetahuan.
Definisi di atas mengandung aktifitas
dan dinamika serta penerapan pengetahuan kepada tugas-tugas yang sesungguhnya,
bukan sesuatu yang diam. Beberapa penulis, misalnya Malhotra (2000)
mengingatkan bahwa dinamika penerapan pengetahuan saat ini merupakan konsekuensi
logis dari kehidupan organisasi yang harus selalu menyiapkan respon terhadap
lingkungan yang bercirikan dua hal yaitu:
•
Kerumitan atau kompleksitas, disebabkan oleh peningkatan jumlah,
keragaman dan saling ketergantungan antara berbagai entitas di dalam lingkungan
sebuah organisasi.
•
Gejolak lingkungan atau turbulensi, ditentukan oleh semakin
cepatnya siklus (
cycle-time)
dari
setiap kejadian atau peristiwa.
Kompleksitas dan
gejolak lingkungan, serta tingkat pertumbuhan absolut keduanya, akan sangat meningkat
dimasa mendatang. Dalam keadaan seperti ini, menurut Malhotra, banyak
organisasi memiliki sistem informasi yang pada umumnya memakai model manajemen
informasi untuk keperluan :
• mengupayakan agar pangkalan data
pengetahuan dan para pemiliknya secara terus menerus disesuaikan dengan
perubahan lingkungan eksternal.
• memberitahu para pegawai atau anggota
organisasi tentang perubahan-perubahan terakhir, baik dalam produk maupun
prosedur untuk menghasilkan sebuah produk.
Namun, didalam
lingkungan yang kompleks dan bergejolak ada beberapa persoalan yang muncul dari
model seperti ini, yaitu:
• manajer mampu mengendalikan kegiatan
organisasi kalau ia memiliki pengetahuan, tetapi dalam lingkungan yang serba
bergejolak dan perubahannya berita tidak sinambung (discontinuous), maka
seringkali manajer maupun organisasi tempatnya bekerja tidak punya
pengetahuan yang memadai. Sistem informasi cenderung menyimpan pengetahuan
yang tidak selalu sesuai dengan perubahan dilingkungan eksternal.
• Dalam lingkungan yang bergejolak,
lebih baik jika organisasi menyebarkan pengetahuan dan otoritas secara
lebih merata. Model manjemen informasi justru cenderung memusatkan pengetahuan
di sebuah pangkalan data yang cenderung statis pula.
• Di masa yang penuh persaingan dan gejolak,
diperlukan kemampuan mengantisipasi masa depan yang didasarkan kepada multi
interpretasi, sementara sistem informasi cenderung mendukung kegiatan kemampuan
menduga berdasarkan satu interpretasi tentang bagaimana mengantisipasi masalah.
Pada artikel Malhotra
itu semata-mata menegaskan perlunya profesi informasi menghadapi tugas yang
dinamik, kompleks dan bergejolak, bukan sesuatu yang sudah selesai, dan
terlebih-lebih bukan “menyimpan” atau “mengelola simpanan”. Cara kita
mengartikan “mengelola informasi” memerlukan perubahan fundamental agar
sejalan dengan perubahan fundamental dalam kehidupan berorganisasi, terutama
dalam cara organisasi menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
Pemikiran tentang
perubahan fundamental dalam cara berorganisasi telah melahirkan pemikiran
tentang manajemen perubahan. Menurut Worren,Ruddle dan Moore (1999) istilah
manajemen perubahan (change management) saat ini dipakai untuk mencakup
teori dan praktek yang berhubungan dengan pengembangan organisasi (organizational
development), sumber daya manusia, majemen proyek (project management), dan
perubahan strategi organisasi. Manajemen perubahan menjadi upaya perubahan
organisasional yang lebih besar, bersama dengan komponen lain, yaitu
pengembangan strategi, penyempurnaan proses bisnis, dan penerapan teknologi.
Tujuan utamanya seringkali adalah
mengintegrasikan komponen-komponen ini, misalnya dengan menciptakan kesetaraan
antara penetapan tujuan-tujuan strategis dengan kebijakan SDM, atau membangun
infrastuktur teknologi informasi baru untuk mendukung terciptanya kerjasama
antar kelompok. Manajemen peubahan sebenarnya juga merupakan penerapan teori
yang menyatakan bahwa berpindah dari kondisi lama ke kondisi baru yang sesuai
dengan masa depan memerlukan perubahan komprehensif dalam berbagai komponen,
termasuk perilaku, kultur, struktur organisasi, proses kerja dan infrastuktur
teknologi informasi.
Prinsip pengembangan
organisasi sebelumnya memusatkan perhatian kepada keterampilan dan sikap
individual, kurang memperhatikan peran struktur dan sistem. Dalam pandangan
klasik, organisasi yang ingin berubah harus mengupayakan perubahan dalam sikap
dan pandangan orang sebelum mengubah struktur organisasi atau teknologi yang
digunakan sebuah organisasi.
Dengan kata lain,
pertama-tama harus ada perubahan dalam perilaku pegawai, sebelum sikap, norma
dan keterampilan terbentuk secara sempurna, lalu perubahan dalam struktur
formal dan sistem dapat berlangsung sebuah komitmen dan kompetensi berkembang
melalui keterlibatan semua anggota organisasi dalam proses perubahan. Jadi
organisasi- organisasi modern saat ini diingatkan kembali tentang perlunya
perhatian kepada apa yang selama ini dikenal sebagai “modal sosial”
yaitu:
•
Jaringan hubungan pribadi antar lintas, yang berkembang perlahan-lahan sebagai
landasan bagi saling percaya, kerjasama, dan tindakan kolektif dari sebuah
komunitas;
•
Merupakan jaringan saling mengenal dan saling menghargai;
•
Mengandung kewajiban pada diri anggota yang timbul karena rasa terima kasih,
respek, dan persahabatan, atau adanya hak yang dijamin secara institusional;
•
Anggota jaringan memiliki akses ke informasi dan kesempatan;
•
Status sosial atau reputasi sosial bagi anggota jaringan, terutama kalau
keanggotaannya terbatas.
Social Capital dengan
demikian adalah keseluruhan sumberdaya aktual maupun potensial yang tertanam di
dalam, tersedia melalui, diambil dari, jaringan hubungan yang dimiliki oleh
seseorang atau sebuah unit sosial. SC dengan demikian terdiri dari jaringan
maupun asset yang bisa dimobilisasi melalui jaringan tersebut.
Model Skandia juga
memberikan penekanan kepada pentingnya “human capital” dalam konteks
organisasi atau komunitas, istilah ini bisa dipakai dalam pengertiannya sebagai
“intellectual capital” yang mengacu kepada pengetahuan dan
kemampuan mengetahui (knowing capability) dari sebuah kolektifitas
sosial, misalnya organisasi, komunitas intelektual, atau praktisi professional.
IC ini pararel dengan konsep HC yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan
kapabilitas yang memungkinkan seseorang bertindak dengan cara yang baru. IC
dengan demikian, merupakan sebuah sumberdaya penting dan sebuah kapabilitas
untuk bertindak berdasarkan pengetahuan dan kemampuan mengetahui.
Perbedaan
Fokus Perhatian
Manajemen
Informasi dan Record Manajemen
Pengetahuan
Menentukan apakah sebuah dokumen patut Menyediakan kerangka kerja untuk
dikategorikan sebagai record konsolidasi pengetahuan sebuah
organisasi
Menentukan lokasi fisik dan system pen- Memfasilitasi lokalisasi dan
peng-
cegahan
akses bagi yang tidak berhak gunaan
bersama berbagai pengetahuan yang sebelumnya tersembunyi
dahkan
record dari suatu lokasi ke lokasi lain menyediakan
petunjuk ke lokasi
maupun dari status (aktif, statis, arsip) ke status pengetahuan tacit
lainnya
Mengembangkan dan mengelola kebijakan Mendorong inovasi dan kolaborasi
permusnahan
dokumen dengan
memanfaatkan pengetahuan yang ada dan memaksimalkan nilai
informasi
dengan memusatkan perhatian pada isi
Dalam bidang
perpustakaan, Abell dan Oxbrow (2001) mengidentifikasi lima hambatan yang
menyebabkan kurangnya keterlibatan profesional informasi dalam manajemen
pengetahuan. Pertama, adalah kenyataan bahwa manajemen pengetahuan hampir
selalu digerakkan oleh sebuah tim perencanaan strategis yang beranggotakan
anggota-anggota senior, sementara pustakawan tidak dilibatkan karena kedudukan
mereka dianggap tidak langsung behubungan dengan strategi organisasi. Kedua,
konsep manajemen pengetahuan
kultur kerja dan lewat pembelajaran
organisasi—sesuatu yang oleh pustakawan sendiri dianggap berada di luar
bidangnya. Ketiga, manajer senior dalam sebuah organisasi cenderung menganggap
bahwa pustakawan hanya bisa dikaitkan dengan perpustakaan dalam pengertian
“tradisional”. Keempat, pustakawan sendiri tidak merasa perlu mengubah persepsi
ini dan menganggap bahwa manajemen pengetahuan adalah semata-mata buzzword yang
akan hilang dengan sendirinya. Kelima, ada pola pikir yang sudah baku (mindset)
di kalangan pustakawan yang sudah tidak cocok lagi dengan perkembangan
lingkungan kerja organisasi. Salah satu pola pikir itu adalah bahwa pustakawan
menyediakan jasa, sementara lingkungan kerja yang baru membutuhkan mitra kerja,
bukan penyedia jasa saja.
Dari sisi pandang yang
lebih kritis lagi, Birkinsaw (2001) bahkan mengidentifikasi 3 hal dalam manajemen
pengetahuan yang merupakan “kegiatan lama dalam bungkus baru” yaitu:
•
Pengelolaan pengetahuan sudah berlangsung sejak awal berdirinya sebuah
organisasi. Cara sebuah organisasi menentukan struktur dan hirarki anggota
sudah merupakan upaya mengelola pengetahuan dan menempatkan orang-orang yang
berpengetahuan sama di satu tempat. Kelompok-kelompok informal sudah sejak lama
ada di berbagai organisasi, dan menjadi tempat bagi petukaran informasi dan
pengetahuan yang efektif, persoalannya sekarang adalah mengidentifikasi hal-hal
tersebut dan membuatnya lebih efektif lagi.
•
Manajemen pengetahuan merupakan proses panjang dan lama, yang mencakup
perubahan perilaku semua anggota sebuah organisasi. Upaya mengubah peilaku ini
bukanlah kegiatan masa kini saja, persoalannya sekarang adalah mensinkronkan
upaya perubahan ini dengan keseluruhan strategi pelaksanaan organisasi.
•
Beberapa teknik manajemen pengetahuan sudah dilakukan sejak dulu, misalnya
pengaktifan komunitas praktisi sudah sejak lama menjadi perhatian dari hubungan
masyarakat internal (internal public relations), dan pangkalan data
pengetahuan memperlihatkan cirri-ciri yang sama dengan pangkalan data dalam
sebuah system informasi, persoalannya sekarang adalah bagaimana teknik-teknik
manajemen pengetahuan ini yang mirip dengan teknik-teknik “tradisional” terus
relevan dengan perubahan organisasi.
Selain tiga hal diatas,
Birkinsaw juga menggarisbawahi tiga kenyataan yang sangat mempengaruhi
berhasil-tidaknya manajemen pengetahuan. Pertama, penerapannya tidak hanya
menghasilkan pengetahuan baru tetapi juga mendaur-ulang pengetahuan yang
sudah ada. Kedua, teknologi informasi belum sepenuhnya bisa menggantikan
fungsi-fungsi jaringan sosial antar anggota organisasi. Ketiga, sebagian besar
organisasi tidak pernah tahu apa yang sesungguhnya mereka ketahui, banyak
pengetahuan penting yang harus ditemukan lewat upaya-upaya khusus, padahal
pengetahuan itu sudah dimiliki sebuah organisasi sejak lama.
SUMBER
:
No comments:
Post a Comment