I.
Pengertian Monitoring
Pengertian dan definisi pengawasan telah banyak dan panjang lebar
dibicarakan para ahli. Beikut pengertian monitoring ( pengawasan ) menurut para
ahli:
·
Siagian
( 1970 : 107 ) : mengemukakan
bahwa “pengawasan” sebagai proses pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh
kegiatan organisasi untuk menjalin agar semua pekerjaan yang sedang
dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah di tentukan sebelumnya.
·
Handoko
(1995:359) : mendefinisikan
pengawasan sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan
manajemen tercapai. Hal ini berkaitan dengan cara-cara membuat
kegiatan-kegiatan sesuai dengan yang direncanakan.
·
Sarwoto
(1987:93) : menjelaskan
“pengawasa adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekrjaan-pekerjaan
terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang
dikehendaki”.
·
Soekarno
K (1968:107) : mendefinisikan
pengawsan sebagai “suatu proses yang menentukan tentang apa yang harus
dikerjakan, agar apa yang diselenggarakan sejalan dengan rencana”.
·
Tery : menjelaskan pengawasan adalah untuk
menentukan apa yang telah dicapai, mengadakan evaluasi atasnya, dan mengambil
tindakan-tindakan korektif apabila diperlukan, untuk menjamin agar hasilnya
sesuai dengan rencana ( winardi,1986 ).
·
Newman
( 1977) : mengemukakan bahwa
pengawasan adalah suatu usaha untuk menjamin agar pelaksanaan sesuai dengan
rencana.
·
Fayol : menjelaskan pengawsan terdiri dari pengujian
apakah segala sesuatu berlangsung sesuai dengan rencana yang telah ditentukan,
dengan intruksi yang telah diberikan dan dengan prinsip-prinsip yang telah
digariskan. Ia bertujuan unutk menunjukan kelemahan-kelemahan dan
kesalahan-kesalahan dengan maksud unutk memperbaikinya dan mencegah terulangnya
kembali ( Manullang,1976:136).
II.
Prinsip Monitoring (Pengawasan)
Prinsip pengawasan sangat diperlukan oleh seorang pimpinan atau manajer
dalam membandingkan rencana dengan pelaksanaan adalah sebagai berikut :
·
Prinsip
perencanaan merupakan suatu
standar atau alat pengukur dari pada suatu pekerjaan yang. Rencana menjadi
petunjuk apakah sesuatu pelaksanaan pekerjaan berhasil atau tidak.
·
Prinsip
wewenang merupakan suatu
kegiatan pemimpin dalam memberikan kepercayaan kepada bawahan dalam melakukan
sistem pengawasan. Wewenang dan instruksi-instruksi yang jelas harus dapat
diberikan kepada bawahan, karena berdasarkan pelimpahan wewenang dapat
diketahui apakah bawahan sudah melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik.
·
Prinsip
tercapainya tujuan. Pengawasan
harus ditujukan kearah tercapainya tujuan, yaitu dengan mengadakan perbaikan
(koreksi) unutk menghindarkan penyimoangan-penyimpangan dari rencana yang
disusun sebelumnya.
·
Prinsip
efisiensi. Pengawasan
dikatakan efisien apabila dapat menghindarkan penyimpangan dari perencanaan,
sehingga tidak menimbulkan hal-hal lain yang diluar dugaan.
·
Prinsip
tanggung jawab. Pelaksaaan
pengawasan yang efektif dan efisien menurut tanggung jawab penuh dari seorang
pimpinan atau manajer terhadap pelaksanaan rencana organisasi.
·
Prinsip
masa depan. Kegiatan pengawsan
yang efektif dan efisien harus ditunjukkan kearah pencegahan penyimpangan
perencanaan yang akan terjadi baik pada waktu sekarang maupun pada masa yang
akan datang.
·
Prinsip
pengawasan langsung. Teknik
pengawsan yang paling efektif adalah mengusahakan adanya manjer bawahan yang
berkualitas baik.pengawsan itu dilakukan oleh manajer atas dasar bahwa manusia
itu sering berbuat salah.
·
Prinsip
penyesuaian dengan organisasi.
Pengawsan yang dilakukan hendaknya sesuai dengan struktur organisasi. Manajer
dan bawahannnya merupakan sarana unutk melaksanakan rencana. Dengan demikian
pengawasan yang efektif harus disesuaikan dengan besarnya wewenang manajer,
sehingga mencerminkan struktur organisasi.
·
Prinsip
pengawsan individual.
Pengawsan harus sesuai dengan kebutuhan manajer. Teknik pengawasan harus
ditunjukkan terhadap kebutuhan-kebutuhan akan informasi setiap manajer. Ruang
lingkup informasi yang dibutuhkan itu berbeda satu sama lain, tergantung
pada tingkat dan tugas manajer.
·
Prinsip
standar. Pengawasan efektif
dan efisien dalam organisasi memerlukan standar yang tepat, dan akan
dipergunakan sebagai acuan atau alat ukur pelaksanaan dan tujuan yang dicapai.
III.
Tujuan dan Fungsi Monitoring (Pengawasan)
Tujuan pengawasan adalah menjaga dan mendorong agar pelaksanaan tugas
pokok organisasi dapat berjalan lancar, berguna, berhasil guna atau tetap guna.
Agar fungsi pengawasan dapat berjalan secara efeltif dan efisien, maka fungsi
pengawasan dapat dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut :
·
Pemeriksaan, yang dilakukan terhadap setiap satuan kerja di
lingkungan organisasi atau lembaga mengenai pelaksanaan program, penataan dan
pemanfaatan tenaga, uang, perlengkapan, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangam yang berlaku, secara berdaya guna, berhasil guna.
·
Pengujian
dan penilaian yang dilakukan
terhadap hasil yang dilaporkan terhadap hasil yang dilaporkan secara berkala
atau sewaktu-waktu dari setiap bagian yang ada pada organisasi atau lembaga
bidang keja di lingkungannya.
·
Pengurusan yang dilakukan untuk meneliti mengenai
kebenran laporan atau pengaduan tentang hambatan, penyimpangan atau
penyalahgunaan di bidang teknik operasional dan teknik administrasi dan
manajemen pada setiap Satuan Kerja di lingkungan organisasi atau lembaga.
·
Peninjauan, yang dilakukan dengan menyaksikan langsung
pada tempat pelaksanaan kegiatan untuk mendapatkan gambar menyeluruh tentang
pelaksanaan program.
·
Pengamatan
dan pemantauan, yang dilakukan
dengan menyaksiakan langsung pada tempat pelaksanaan kegiatan untuk menampung
masalah yang timbul dalam proses pelakasanaan program berdasarkan laporan dan
informasi.
·
Kunjungan
staf , yang dilakukan dengan,
mendatangi langsung ketempat yang diawasi oleh anggota staf teknik atau
administratif untuk mendapatkan informasi data mengenai pelaksanaan sesuatu
kebijaksanaan atau ketentuan atasan, dan bila mana perlu memberikan petunjuk
bagaimana cara melaksanakan kegiatan operasional.
·
Pembinaan
yang dilakukan oleh pimpinan
terhadap aparatur bawahannya supaya berbuat dan melakukan tugasnya sesuai
dengan petunjuk,pedoman,dan kebijaksanaan yang telah diberikan.
·
Pengendalian yang dilakukan terhadap bawahannya supaya
tidak menyimpang atau bertentangan dengan ketentuan yang berlaku dan apabila
terjadi penyimpangan atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, maka diikuti dengan langkah perbaikan.
·
Penertiban,yang dilakukan dengan tindakan administrasi
atau tindakan lainnya sesuai dengan kewenangan
terhadap aparatur yang
dipimpinnya yang melakukan perbuatan dan tindakan melanggar perundang-undangan
yang berlaku.
·
Mengusahakan
suatu struktur yang terorganisir dengan baik dan sederhana untuk menghilangkan salah pengertian.
·
Mengusahakan
supervisi yang kuat untuk
menghilangkan jurang pemisah yang terjadi dalam keseluruan program.
·
Mengusahakan
informasi yang akurat dalam
rangka pembuatan keputusan dan penilaian terhadap pelaksanaan kerja.
·
Pencapaian
hasil,yaitu hasil yang dicapai
harus sesuai dengan tujuan yang telah lebih dulu ditetapkan.pelaksanaan program
akan membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan,kalau tidak terjadi
penyimpangan program.
·
Meningkatkan
keterampilan kerja. Dalam
monitoring berusaha mengetahui,berusaha memonitor kemampuan dan keterampilan
para personil.apabila pimpinan mengetahui adanya kekurangan,maka segera
mengambil inisiatif untuk mengatasinya,sehingga para personil dapat menjalankan
tugasnya sebagaimana yang dituntut dalam rencana yang ditetapkan sebelumnya.
·
Mendapatkan
atau memperoleh umpan balik.
Artinya pengawasan yang dilakukan dan dilaksanakan akan memperoleh pengalaman
dan penemuan-penemuan yang dapat dipergunakan sebagai bahan untuk penyempurnaan
kegiatan pengawasan berikutnya dalam organisasi.
IV.
Jenis Monitoring (Pengawasan)
Dalam pandangan para ahli terhadap perbedaan-perbedaan yang berhubungan
dengan jenis pengawasan sesuai dengan
pemahaman mereka masing-masing , diantaranya adalah sebagai berikut :
·
Pengawasan
Preventif
Usaha-usaha pengawasan yang dilakukan pimpinan terhadap pekerjaan yang
dilakukan pegawai dilihat sebelum terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya
s=dapat dilakukan dengan pengawasan preventif. Manulang (1981) mengemukakan bahwa
pengawasan preventif adalah pengawasan yang dilakukan sebelum terjadinya
penyelewengan-penyelewengan, kesalahan-kesalahan atau deviasi.
·
Pengawasan
Represip
Pengawasan yang dilakuakan pada akhir kegiatan dikenal dengan pengawasan
represif. “pengawasan yang dilakukan setelah pekerjaan atau kegiatan
dilaksanakan”.
·
Pengawasan
Langsung
Jenis pengawasan berikutnya adalah pengawasan langsung atau dapat juga
dikatakan sebagai kegiatan monitoring. Pengawasan langsung adalah pengawasan
yang dilakukan dengan cara mengunjungi dan melakukan pemeriksaan ditempat
terjadinya pelaksanaan pekerjaan, apakah berhubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan pengawas dan pemimpin organisasi.
·
Pengawasan
tidak langsung
Pengawasan tidak langsung dilakukan pemimpin dengan melihat
dokumen-dokumen, tanpa langsung melihat ke lapangan tempat dilaksanankannya
pekerjaan.
·
Pengawasan
Formal
Pengawasan formal sebagai pengawasan resmi oleh lembaga-lemabag
pengawasan maupun oleh aparat pengawasan yang mempunyai legalitas tugas dalam
bidang pengawasan.
·
Pengawasan
Non-formal
Pengawasan nonformal sebagai pengawasan yang dilakukan masyarakat
berfungsi sebagai “social control”. Pengawasan nonformal adalah pengawasan yang
dilakukan oleh masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung.
·
Pengawasan
Administratif
Pengawasan Administratif sebagai kegiatan yang melihat pekerjaan dari
ketatalaksanaan pelaksanaan program kerja organisasi atau perusahaan.
Pengawasan administratif adalah pengawasan yang menilai perbuatan keseluruhan
dari organisasi atau bidang-bidang bagaiannya.
·
Pengawasan
Operatif
Pengawasan operatif adalah mengukur efesiensi perbuatan dari waktu ke waktu yang ditunjukan
pada bidang-bidang yang memerlukan tindakan pembetulan dan perbaikan.
·
Pengawasan
Intern
Kegiatan yang dilakukan oleh orang yang berada dalam organisasi dikenal
dengan pengawasan intern atau pengawasan maupun pimpinan orang tersebut.
·
Pengawasan
ekstren
Pengawasan ekstren atau disebut juga dengan oengawasan dari masyarakat
ataupun dari pejabat pengawasan fungsional diluar organisasi. Pengawasan
ekstren merupakan pengawasan yang dilakukan oleh orang-orang yang ada diluar
organisasi.
V.
Kriteria Monitoring
Kriteria yang dipakai sebagai dasar monitoring adalah yang berkaitan
dengan hal-hal sbb :
·
Estimasi
hasil pekerjaaan, sampai
seberapa jauh pelaksanaan kegiataan pada saat monitoring dilakukan apakah
pelaksanaa tersebut sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
·
Estimasi
penggunaan dana yang telah dikeluarkan, sampai seberapa besar dana yang
telah dialokasikan dan apakah pengeluaran dana tersebut sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan.
·
Estimasi
pengeluaran tiap periode kegiatan. Umumnya lama kegiatan ini adalah tiap bulan. Jadi berapa besar
pengeluaran tiap bulannya. Dari data ini dapat diliat apakah pengeluaran
tersebut sesuai dengan rencana apakah jumlah pengeluaran tersebut sesuai dengan
rencana dan apakah jumlah pengeluaran tersebut cukup rasional bila dibandingkan
dengan volume pekerjaan.
·
Estimasi
penyusutan alat-alat yang dipakai. Sebab besar-kecilnya penyusutan akan mempengaruhi perhitungan kebutuhan
biaya.
·
Estimasi
efisiensi alokasi sumber daya
; misalnya apakah sumber daya yang telah dilaksanakan dengan efisien atau
apakah produktivitas tenaga kerja telah dicapai untuk tujuan efisiensi
tersebut.
VI.
Cara Pelaksanaan Monitoring
Cara pelaksanaan monitoring dapat dilakukan
melalui dua cara yaitu secar langsung dan cara tidak langsung. Kedua cara
tersebut dilakukan dengan seperangkat kegiatan monitoring yang sama yaitu
kegiatan yang berkaitan dengan mengumpulkan, mencatat, mengolah informasi dan
pelaksanaan.
·
Pengamatan
Langsung
pengertian
pengamatan langsung adalah pengamatan yang dilakukan dengan cara mengamati
langsung , dan dapat mengumpulkan secara bebas informasi yang dilakukan. Agar
pengumpulan informasi dapat berjalan secara efisien ; maka diperlukan strategi
pengumpulan data yaitu :
·
Menyiapkan
instrumen pengumpulan data ; misalnya dengan menyiapkan daftar isian
·
Menggali
informasi pada orang-orang penting yang memegang posisi dalam pelaksaaan
kegiatan tersebut. Kegiatan ini penting untuk mencetak data yang mungkin tidak
dapat ditangkap didaftar isian.
·
Melakukan
pengamatan langsung ke lapangan dan petugas monitoring dapat mencatat informasi
yang diperlukan sesuai dengan kehendaknya ( sesuai dengan tujuan monitoring ).
Cara langsung ini tentu saja ada kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan
cara ini antara lain dapat dituliskan sebagai berikut :
·
Didapatkan
data yang sesuai dengan yang dimaksudkan.
·
Data yang
dikumpulkan adalah relatif lebih akurat karena data dikumpulkan sendiri oleh
petugas monitoring dan merupakan data primer.
·
Dengan
cara langsung ini petugas bukan saja mengumpulkan data ; tetapi juga sekaligus
dapat memberikan saran-saran bila ada hal-hal yang tidak sesuai dengan rencana.
Sedangkan kelemahan cara langsung ini antara lain dapat
disebutkan sebagai berikut :
·
Memerlukan
biaya yang relatif besar karena bukan saja faktor jarak ( transportasi ) tetapi
juga biaya untuk mengirim petugas monitoring ke lokasi.
·
Memerlukan
ketelitian yang ‘lebih’, sebab dengan wawancara langsung, seringkali hasilnya
bias bila petugas monitoring tidak pandai-pandai menggali data yang baik dan
benar.
·
Pengamatan
tidak langsung
Cara ini menghendaki petugas monitoring tidak
perlu terjun langsung ke lokasi, tetapi penggalian data dilakukan dengan cara
mengirim seperangkat daftar isisan unutk diisi oleh orang lain dilokasi
penelitian. Cara tidak langsung ini juga dapat dilakukan dengan mengumpulkan
data melalui laporan-laporan yang dibuat oleh pimpinan ( manajer ). Seperti
juga cara langsung ; maka cara tidak langsung ini juga memiliki kelebihan dan
kelemahan sebagai berikut :
Kelebihan cara tidak langsung ini adalah sebagai berikut :
·
Relatif
murah, karena petugas tidak perlu pergi ke tempat lokasi.
·
Responden
tidak perlu ragu-ragu atau malu mengisi
daftar isian. Juga bila terjadi kritik atau saran ; maka kritik tersebut dapat
dituliskan secara bebas.
·
Pelaksanaannya
relatif mudah bila daftar isian tersebut dilengkapi dengan cara pengisian.
·
Data yang
dikumpulkan dapat sebanyak mungkin ; sesuai dengan yang dikehendaki tanpa ada
tambahan biaya yang berarti.
Sedangkan kelemahan
cara ini adalah :
·
Baik-buruknya
data adalah relatif sulit dicek.
·
Adanya
perbedaan persepsi dalam pengisian daftar isian.
·
Masalah
muncul bila daftar isian jatuh pada responden yang tidak serius mengisi daftar
isian. Tidak serius ini dapat karena disengaja atau tidak.
VII. Pentingnya
Monitoring (Pengawasan)
Pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen yang berguna untuk
mengetahui sampai seberapa jauh pelaksanaan suatu kegiatan dapat dilaksanakan,
dan apakah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya atau tidak,
dan dengan adanya kegiatan pengawsan tercapai efisiensi dan efektifitas dalam
organisasi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan pengawasan semakin diperlukan
bagi setiap organisasi, diantaranya adalah sebagai berikut :
·
Perubahan
lingkungan organisasi
Dalam kenyataannya lingkungan organisasi selalu berubah sesuai dngan
tuntutan organisasi dan perkembangan kebutuhan pasar. Perubahan lingkungan
organisasi terjadi terus-menurus dan tidak dapat dihindari, seperti munculnya
inovasi produk dan persaingan baru, ditemukannya bahan baku baru, adanya
peraturan pemerintah baru dan sebagainya.
·
Peningkatan
kompleksitas organisasi
Setiap organisasi selalu mengutamakan efektifitas dan efisiensi dalam
melaksanakan pekerjaan untuk mencapai
tujuan. Oleh sebab itu diperlukan pengawasan untuk mewujudkannya. Organisasi
besar memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-hati. Berbagai jenis
produk harus diawasi untuk menjamin bahwa kualitas kerja dan produksi tetap
terjaga.
·
Kesalahan-kesalahan
Dalam pelaksanaan pekerjaan, memungkinkan terjadinya
kesalahan-kesalahan,baik yang dilakukan pimpinan maupun bawahan. Apabila para
bawahan tidak pernah membuat kesalahan, manajer dapat secara sederhana
melakukan fungsi pengawasan. Akan tetapi kebanyakan anggota organisasi sering
membuat kesalahan.
·
Kebutujan
manajer mendelegasikan wewenang
Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, seorang manajer seringkali
mendelegsikan wewenang dan tanggungjawabnya kepada bawahan yang dipercayainya.
Apabila manajer mendelegasikan wewenang pada bawahannya tanggung jawab atasan
itu sendiri tidak berkurang. Satu-satunya cara manajer dapat menentukan apakah
bawahan telah melakukan tugas-tugas yang telah dilimpahkan kepadanya adalah
dengan mengimplementasikan sistem pengawasan.
·
Menjamin
tercapai tujuan
Kegiatan pengawasana dalam prakteknya dapet menjamin tercapainya tujuan
organisasi secara efektif dan efisien, karena pengawasan salah satu aspek yang
memeriksa, membandingkan dan mngevaluasi apakah rencana sesuai dengan
pelaksanaan kegiatan di lapangan.
·
Pengawasan
dapat menjaga pemborosan
Kegiatan organisasi yang kurang pengontrolan, akan mengakibatkan
pemborosan, karena tidak adanya monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan dan
hasil pekerjaan.
VIII.
Langkah-langkah Monitoring
Monitoring dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
·
Menyusun
Rancangan Monitoring
·
Tujuan
·
Sasaran/Aspek
yang akan dimonitor
·
Faktor
Pendukung dan Penghambat
·
Pendekatan,
Teknik, dan Instrumen
·
Waktu dan Jadwal Monitoring
·
Biaya
·
Melaksanakan Monitoring
·
Menyusun
dan Melaporkan hasil kepada pihak pengelola/penyelenggaran program.
IX.
Perencanaan Monitoring
Perencanaan monitoring meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
·
Perumusan
tujuan pemantauan, berisi
informasi tentang apa yang diinginkan , untuk siapa, dan untuk kepentingan apa.
·
Penetapan
sasaran pemantauan, apa yang
akan dijadikan sebagai objek pemantauan. Contoh: kesulitan belajar dan
jenis-jenis kesalahan konsepsi matematika yang masih dialami para siswa.
·
Penjabaran
data yang dibutuhkan pemantauan,
penjabaran dari sasaran. Contoh: guru perlu dapat memilah kesalahan karena
kecerobohan atau ketidaktelitian dengan kesalah karena kurang memahami makna
dan cara penyelesaian soal.
·
Penyiapan
metode/alat pemantauan sesuai
dengan sifat objek dan sumber atau jenis datanya. Contoh: guru menyiapkan tugas
berupa soal yang harus dikerjakan secara mandiri oleh setiap siswa. Kertas atau
buku yang berisi pekerjaan siswa akan menjadi sumber data utama. Dari pekerjaan
itulah guru akan mengidenifikasi bagian mana dari bahan ajar matematika yang
baru saja diajarkan, tetapi masih banyak belum dipahami, jenis kesalahan apa
yang pada umumnya masih dilakukan oleh siswa.
·
Perancangan
analisis data pemantauan dan
pemaknaannya dengan berorientasi pada tujuan pemantauan. Contoh: dalam analisis
nantinya akan dilakukan pengelompokan jenis-jenis kesalahan untuk menjadi bahan
pertimbangan dalam memberikan pembelajaran remedial, terutama pada sejumlah
siswa yang memang masih mengalami kesulitan memahami pelajaran.
X.
Pemanfaatan Hasil Monitoring
Data yang telah terkumpul dari hasil
pemantauan harus secepatnya diolah dan dimaknai sehingga dapat segera diketahui
apakah tujuan pelaksanaan program tercapai atau tidak. Pemaknaan hasil
pemantauan ini menjadi dasar untuk merumuskan langkah-langkah berikutnya dalam
pelaksanaan program. Jika perlu perubahan, perubahan apa dan bagaimana
rancangannya. Jika tidak ada hal
mendasar yang memerlukan perubahan, mungkin masih dapat pula dirumuskan bagian
mana dari rancangan program yang memerlukan perhatian lebih banyak sehingga
aspek-aspek program yang sudah baik dapat menjadi lebih baik lagi.
Sumber :
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/195903311986031-SUHERMAN/MONEV_[Compatibility_Mode].pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/195903311986031-SUHERMAN/MONEV_[Compatibility_Mode].pdf
No comments:
Post a Comment